AEN. Id - Maju mundurnya suatu bangsa sangat bergantung sentuhan para Pedagog. Pedagog dengan pedagoginya menggembleng banyak kader yang dapat berkontribusi membangun bangsa ke depan, yang merupakan harapan pendiri bangsa.
Pertanyaan mendasarnya apakah selama ini seorang pedagog sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang amanahkan padanya?
Pedagog atau disebut Cekgu, merupakan penentu hancur atau berkembang positifnya generasi. Pedagog harusnya menyiapkan diri dan siap melayani anak yang terus lahir dan berkembang dengan didikan sepenuh hati.
Negara membayar mahal seorang pedagog yang dibekali regulasi yang mengikat. Pedagog siapapun itu, tak boleh bertindak suka2. Setiap aksi harus mengacu produk akhir yang mencerdaskan.
Tugas keseharian seorang pedagog mengutamakan pengembangan potensi anak didik di tempat ianya ditugaskan.
Tempat seorang pedagog ditempatkan sering disebut Satminkal (Satuan Administrasi Pangkal) atau lokasi induk seorang cekgu bertugas.
Sesibuk apapun padagog tugas2 di satminkal harus dinomorsatukan. Ketika anda meninggalkan satminkal pastikan anda ditugaskan yang secara hukum dapat dipertanggungjawabkan, jangan berkilah penuh ke pura2an. Jika anda sedang sehat jangan beralasan sakit.
Apapun pengembangan diri pedagog harus bertujuan membuat anak semakin cerdas. Bukan hanya sekedar meningkatkan penghasilan, apabila sengaja berpengasilan ganda namun meninggalkan tugas dan kewajiban di satminkal.
Silakan bergabung dalam komunitas, namun anda tetap tak boleh mengurangi kewajiban sedikitpun yang telah dibebankan di satminkal. Wajib harus diutamakan, kerena akan membuat dirimu dosa dan uang yang diiterima jadi UNLAW, tak ubah seperti memakan daging babi bagi seorang muslim.
Ketika kewajiban di satminkal ditinggalkan, halalkah bayaran yang pedagog terima? Kalaupun digantikan itu daoat dipastikan tak akan sama dengan kualitasmu.
Ketika anak2 menyukai sesuatu (ilmu) engkau berikan, tak mungkin dapat tergantikan sama dengan orang yang digantikan. Misal cekgu matematika diganti bahasa indonesia tentu semakin kacau. Harusnya anak paham nemerasi jadi pandai bersilat lidah.
Jika prilaku seperti ini terus dipraktikkan dan tak ada yang mampu menghentikan, maka tunggulah "kehancuran".
Pedagog yang tiap hari masuk ke ruang pun belum tentu sudah menunaikan kewajibannya. Apalagi yang jarang2 datang ke satminkal dengan beragam alasan klise.
Wahai para pedagog asahlah kemampuanmu, Jika stagnan dikhawatirkan ilmumu semakin menyusut, ibarat pisau yang semakin berkarat akan tumpul, akhirnya tak bisa lagi diharap untuk memotong.
Pedagog juga sama jangan cuma cari aman karena jaminan penghasilan. Upayakan terus mengembangkan diri untuk perbaikan kualitas anak yang menjadi tanggungjawabmu.
Sekarang lagi tren "cekgu penggerak", yang dilatih ber bulan2 menggunakan uang negara. Itu tidak gratis atau cuma2. Pasti ada tagihan, belajarlah serius.
Saat pembukaan lokakarya orientasi PGP, ada dua pertanyaan yang diajukan ke saya yaitu harapan dan kekhawatiran.Kedua sudah saya jawab di depan beberapa CGP dan PP sebagai narasumber.
Harapan semoga GP mendapat asupan energi komplik untuk koreksi kualitas pendidikan yang sedang semberaut. Saya sedikit khawatir setelah jadi GP abai terhadap tugas dan kewajiban di Satminkal sehingga mereka jadi kurang berguna di mata anak didik.
Oleh karena saya menaruh harapan dengan terus mensupport para pedagog untuk terus berkembang lewat jalur apapun itu. akan tetapi setelah anda dapat suatu label, terapkanlah itu di dalam kelas untuk memunculkan perubahan signifikan dan membuat indra manusia berfungsi sehingga ada makna dibalik proses pendidikan.
Selanjutnya pedagog dengan pedagoginya, semakin mencerdaskan agar pendidkan jadi bermakna, siswa dan cekgu tidak hanya menghabiskan waktu di dalam kelas, yang membuat cekgu dan siswa hanya semakin tua di sekolah, masanya sia2 selama 12 tahun lamanya.
Komentar
Posting Komentar